Mengenali Dan Mengatasi Masalah Dalam Organisasi

Friday 25 August 2017

Mengenali Dan Mengatasi Masalah Dalam Organisasi

Mengenali Dan Menyelesaikan Masalah Dalam Organisasi
Organisasi yang maju bukanlah organisasi yang tanpa kesalahan, tetapi organisasi yang mau mengoreksi kesalahan-kesalahannya dan tidak mengulangi kesalahan serupa.

Mengenali Masalah


Seorang kawan menyatakan “ada api harus cepat dipadamkan, kalau tidak bisa kebakaran kemana-mana”. Tetapi pada kenyataannya, saat memadamkan api, api tersebut malah merembet kemana-mana. Setelah diteliti, ternyata kawan tadi tidak melihat, apa penyebab kebakaran, bahan-bahan apa yang terbakar dan hubungan dengan sekitarnya seperti apa, namun asal menyiram dengan air dan kelihatan padam. Dan kenyataannya bahan-bahan yang terbakar adalah kapas-kapas yang tertutup oleh tumpukan jerami dan kayu. Api seolah padam, tetapi baranya masih menyala kemana-mana.

Cerita tersebut diatas adalah menunjukkan bahwa ketika ada persoalan, kita tidak bisa asal “selesai” dengan buru-buru. Semua permasalahan harus diteliti sebab musababnya, para pihak yang bermasalah, ruang lingkup masalah, pendapat masing-masing akan masalah, jenis masalah dan dampak yang akan terjadi dari masalah tersebut. Barulah bila memenuhi syarat masalah tersebut diselesaikan sesuai dengan ruang lingkup, tingkat kepentingan dan bobotnya.

Secara umum masalah selalu ada dimana-mana, kapanpun, terus menerus berawal dan berakhir. termasuk didalam diri kita sendiri. Pertentangan pikiran antara terus bejuang dengan segala resiko dengan menjadi penjilat atau hidup biasa-biasa aja adalah contoh pertentangan atau problem dalam diri sendiri yang harus diselesaikan.

Problem atau masalah ada dimana mana dan memiliki kekhususan-kekhususan dalam masalah tersebut, tidak bisa disamakan begitu saja. Yang juga harus dipahami adalah bahwa Dalam satu keadaan obyektif bisa lebih dari satu masalah muncul, bisa dua atau tiga bahkan lebih.

Maka mengenali jenis masalah, sebab masalah, para pihak yang terlibat dalam masalah, ruang dan waktu, dampak/efeknya  menjadi penting. Ini akan menjadi dasar menyelesaikan masalah tersebut, tidak asal-asalan atau mendasarkan kebiasaan.

Dasar dalam melihat masalah ini adalah berpikir obyektif dan dialektis. Keadaan dan masalah adalah obyektif, jenis masalah bisa dilihat dari sebab dan“kepentingan”nya. Dari sebab masalah, kepentingannya serta para pihak yang bermasalah, maka kita bisa mengarahkan penyelesaikan masalah menjadi kualitas baru. Kita bisa mengambil prioritas penyelesaian, tawaran penyelesaian dan “cara” penyelesaian.

Hubungan Individu dan Organisasi


Apakah bila ada persoalan atau masalah dalam organisasi merupakan masalah pribadi dengan pribadi? Jawabnya bisa ya atau tidak.

Ya, bila ternyata sumber masalahnya bukan dari pelanggaran aturan organisasi, program, tatakerja atas mekanisme organisasi atau hal-hal yang berkaitan dengan kerja organisasi. 

Tetapi hal tersebut relative, bila persoalan antar pribadi bisa merembet pada kerja organisasi dan terhambatnya program organisasi, maka wilayah penyelesaiannya “melibatkan” organisasi. Proses penyelsaiannya menilik pada level organisasi, ruang lingkup dan struktur organisasi yang ada.

Namun, bila persoalan adalah berkaitan dengan tata kerja dan pelaksanaan program organisasi maka sudah menjadi “keharusan” organisasi menyelesaikan. Masalah ini bukanlah masalah pribadi dengan pribadi, tetapi masalah bersama dan harus dipecahkan secara bersama.

Menyelesaikan Masalah


Semua masalah harus diselesaikan, tetapi setiap masalah memiliki cara penyelsaian berbeda beda. Ini disebabkan oleh hukum kekhususan masalah seperti disampaikan diatas. Dengan begitu “cara” penyelesaian dan “jalan keluar” penyelesaian tidak bisa memakai logika “kebiasaan” atau biasanya seperti ini, atau memakai logika ilmu pasti kalau 1 + 1 = 2. kedua hal tersebut kebiasaan dan ilmu pasti adanya dalam logika formal, sementara keadaan bergerak dan berkembang terus. Disinilah arti penting berpikir dialektis. Berpikir dialektis harus dipelajari secara terus menerus dan dipraktekkan berulang-ulang, tidak berhenti pada membaca saja.

Cara menyelesaikan masalah juga harus melihat ruang lingkup kerja dan mekanisme kerja organisasi. Tidak bisa asal pimpinan menjatuhkan sanksi atau mencampuri sebuah masalah disatu keadaan tertentu. Karena bila itu dilakukan maka akan terjadi kediktatoran atau otoriter dari sang pemimpin tersebut. Ini akan menjatuhkan pemimpin secara individu maupun menyeret organisasi pada sentiment-sentimen.

Selain itu perlu dilihat ”watak” dari masalah yang muncul, Prinsipil atau hanya teknis saja. Prinsipil bila hal-hal berkaitan dengan pelanggaran keputusan organisasi, kepentingan organisasi, AD-ART dan hal-hal berkaitan dengan penyimpangan dari tujuan organisasi. Teknis berarti berkaitan dengan cara kerja, mengatasi hambatan kerja, komunikasi, kesalah pahaman-kesalah pahaman, siapa memimpin atau dipimpin, siapa bisa ditugas atau tidak bisa ditugaskan atau hal-hal yang tidak menyimpang dari tujuan dan garis organisasi. 

Kedua hal tersebut akan berbeda dalam menyelesaikannya.  Kedua watak ini akan membawa pada jenis dan cara penyelesaiannya. Yakni kompromi atau sanksi berat dengan tetap memakai metode demokratis.

Sebagai penutup, seperti alinea pembuka diatas perlu kita ingat ” disetiap tempat dan keadaan ada masalah, maka jangan lari dari masalah tetapi bagaimana menyelesaiakan masalah dengan metode berpikir yang obyektif dan dialektif sehingga akan lahir kualitas baru dari masalah yang ada. Dan masalah akan selalu ada, ada awal dan akhir.  Jangan takut menghadapi masalah ” 

0 komentar: