Tiga Pilar Perjuangan

Tuesday 9 May 2017

Tiga Pilar Perjuangan

Apalah artinya jika berdirinya sebuah organisasi tanpa gagasan yang jelas, metode yang baik dan tepat, program yang membumi serta tanpa tradisi yang mengakar?  Organisasi yang hanya merupakan kumpulan individu-individu dan bertemu pada muara kedangkalan ide, serta metode hanya akan menghasilkan program-program yang tidak jelas. Maka sebatas itu pulalah capaian yang akan didapatinya.

Saat ini secara objektif kaum buruh dan klas tertindas tumbuh dan menjadi kuat seiring dengan berkembangnya kapitalisme. Pertanyaannya apakah benar hanya  demikian saja? Dan kapan kemenangan akan diraih kaum buruh dan klas tertindas? Dalam sebuah tulisan seorang kader buruh pada 1906 mengemukakan “kekuasaan itu akan beralih tergantung pada relasi kekuatan-kekuatan sosial di dalam perjuangan kelas, pada situasi Internasional, dan pada akhirnya tergantung pada beberapa faktor subjektif, yakni tradisi, inisiatif, dan kesiapan kaum buruh untuk berjuang”.

Yang bisa kita garis bawahi dari kutipan diatas bahwa kemenangan kaum buruh dan klas tertindas itu memiliki tiga syarat; Pertama, relasi kekuatan-kekuatan sosial di dalam perjuangan klas. Yang dimaksud mengenai relasi kekuatan-kekuatan sosial disini adalah perimbangan antar kekuatan-kekuatan sosial serta bagaimana pola hubungan yang terjadi di antara kekuatan tersebut. Yaitu bagaimana kekuatan klas-klas di dalam masyarakat; baik itu klas borjuis, kaum buruh dan klas tertindas saling berinteraksi dan berdialektika.

Kedua, sebagai syarat kemenangan kaum buruh dan klas tertindas adalah adanya kondisi yang menuntungkan dari situasi Internasional - Jelas hal ini sebagai syarat – “Perjuangan kaum buruh adalah perjuangan internasional”. Perjuangan kaum buruh dan klas tertindas adalah perjuangan tanpa batas dan sekat-sekat nasionalisme, chauvinisme apalagi sektarianisme! Seperti yang disampaikan di atas, bahwa perjuangan kita adalah perjuangan yang berbasis klas. Perjuangan yang melawan ketidakadilan, melawan kesewenang-wenangan, melawan penghisapan. Perjuangan model ini adalah perjuangan yang tidak bisa dibatasi pada perbedaan letak geografis, perbedaan warna kulit ataupun agama dan keyakinan.

Mengapa hal ini sangat tergantung dengan situasi Internasional? Jawabannya adalah karena Kapitalisme bergerak juga dari ranah ini. Cengkraman sistem yang mereka gunakan juga dengan cara-cara internasionalistik. Globalisasi sudah membuat sistem kapitalis semakin internasional, bahkan inilah tendensi sistem kapitalisme yang sejak lahir terus menyeruak mencari sumber daya alam murah dan pasar. V.O.C yang menjajah Indonesia selama 350 tahun adalah perusahaan joint-stock kapitalis pertama yang misinya adalah "mencari" (mencuri) sumber daya alam di Hindia Timur. Krisis kapitalisme akan bersifat internasional, dan krisis ekonomi 2008 sudah membenarkan ini lagi, dan krisis internasional ini memukul tiap-tiap negara tanpa pandang bulu. Tidak ada satu negara pun di muka bumi ini yang bisa memisahkan dirinya dari sistem ekonomi kapitalis global, dan oleh karenanya pembelajaran situasi internasional, ekonomi dan politik, akan dapat memberikan kita perspektif tentang perubahan ke arah maju di negara kita dengan lebih lengkap - Tanpa perspektif internasional - perspektif perubahan ke arah maju di Indonesia hanya akan setengah matang, dan lebih parah lagi bisa-bisa keliru.

Ketiga, dari syarat kemenangan kaum buruh dan klas tertindas adalah tergantung pada beberapa faktor subjektif: tradisi, inisiatif, dan kesiapan kaum buruh untuk berjuang. Syarat ketiga ini adalah faktor subjektif dari kesiapan kaum buruh - Yaitu kesiapan dalam membangun organisasi yang memiliki tradisi yang benar, yang dapat menginisiasi gerakan.

Tentu ini tidak mudah. Seperti yang dipaparkan pada paragraf awal tulisan ini, “sebuah organisasi yang tidak memiliki gagasan, metode, program dan tradisi yang kuat sungguh hanya seperti membangun menara pasir di tepi laut. Pondasi yang salah dalam membangun sebuah bangunan akan membawa kehancuran pada bangunan itu sendiri”. INI SIA-SIA BELAKA.


Begitu banyak organisasi di Indonesia yang mengalami kehancuran, perpecahan. Kebanyakan dari mereka tumbuh awalnya tidak berdasarkan pada gagasan yang benar, metode, program dan tradisi yang tepat. Mereka tumbuh berkembang hanya untuk memenuhi capaian-capaian pendek dari keberadaannya. Organisasi yang sudah ribut di awal berdirinya dengan AD/ART, struktur organisasi, program yang berbasis proyek tentu akan menemui kebangkrutan lebih cepat dari apa yang disangka-sangka. Tradisi intrik dalam tubuh organisasi yang dianggap lumrah turut memperlemah gerakan. Tidak peduli dengan organisasi yang mengklaim dirinya sebagai organisasi progresif revolusioner atau mengklaim dirinya sebagai organisasi yang berbasiskan perjuangan klas sekalipun. Apakah benar berbasis pada perjuangan klas? Atau jangan-jangan hanya merasa bangga bahwa organisasinya adalah organisasi progresif revolusioner??? Gagasannya apa, memakai metode apa, programnya bagaimana, tradisi yang dibangun seperti apa? Perjuangan berbasis klas yang seperti apa? Atau jangan-jangan salah dalam menganalisa basis kelas dalam berjuang. Ini hal-hal dasar yang harus dijawab - Kekeliruan menganalisa kelas bisa membawa kebangkrutan dan salahnya arah juang.

Banyak aliansi yang dibangun hari ini hanyalah aliansi yang berbasis pada kebanggaan organisasi saja. Kebanggaan saat duduk dalam aparatus dan bendera dengan nama-nama besar sebuah gerakan. 

Apalah gunanya Organisasi Tingkat Daerah atau Organisasi Tingkat Nasional jika sejatinya tidak ada penyatuan gagasan dan tak jelasnya metode perjuangan - Terus membelah diri, terus berintrik, terus ada rapat dalam rapat, trus dibiarkan ada rapat setengah kamar, terus dibiarkan dalam tradisi-tradisi sektarian dalam gerakan. Berintrik tentunya adalah bagian dari tumbuhnya gerakan - tetapi berintrik harus dengan prinsip. Dalam kata lain, perpecahan harus berdasarkan politik. Terlalu banyak perpecahan terjadi tanpa adanya kejelasan politik dan teori, sehingga akhirnya perpecahan dan intrik ini bukannya mempertajam gerakan tetapi justru menumpulkannya.

Lihatlah secara utuh bagaimana perjuangan kaum buruh di berbagai belahan dunia, tak kecuali di Negara Indonesia. Bagaimana kaum buruh indonesia membangun gerakannya, yang menghasilkan kader-kader handal dalam teori dan disiplin dalam prakteknya.

Dalam sebuah tulisan kader buruh Indonesia pada masanya, yang dikutip: “Baik buruknya organisasi, cerdas bodohnya organisasi, rajin malasnya tergantung pada sifat/watak, Kepintaran, keyakinan dan ketabahan para pengurus dan anggotanya pula. Hendaknya organisasi menjaga persatuan dengan menjaga kerukunan - ialah dengan jalan berterang-terangan, percaya-mempercayai, maaf-memaafkan, dan bantu-membantu satu sama lain.”

Faktor objektif sudah sangat memenuhi syarat-syarat penumbangan klas Penindas, tinggal bagaimana kaum buruh dan klas tertindas untuk mengasah diri sebagai individu sekaligus yang harus bisa menginisasi munculnya organisasi-organisasi yang memiliki kekuatan gagasan, metode, program dan tradisi Progresif revolusioner. (LM)

Artikel Menarik Lainnya:
Mengenali Dan Mengatasi Masalah Dalam Organisasi
Membongkar Dan Memperbaiki Patronase Dalam Organisasi  
Galang Kekuatan Buruh, Hadang Pengancam Demokrasi  
Outsourcing Dan Masa Depan Buruh Indonesia Tiga Pilar Perjuangan  
Polisi Afrika Itu Berserikat, Beda dengan Polisi Indonesia  
Dari Kesadaran Advokasi Ke Kesadaran Politik  
Strategi Pemberdayaan Dan Pembangunan Konstituensi Dalam Advokasi Politik Dan Advokasi  
Bagaimana Membangun Organisasi Massa Rakyat?

0 komentar: